1. Metode Inkuiri
Metode pembelajaran
inkuiri adalah suatu metode pembelajaran
yang menekankan siswa dalam memperoleh informasi dengan cara proses berpikir logis dan analitis untuk
memecahkan suatu masalah.
Dengan pembelajarn metode ini
peserta didik akan diasah untuk berfikir secara kritis dan edukatif. Peserta
didik diminta untuk mandiri dalam proses pembelajaran dan membangun pengetahuan
yang sudah diperolehnya terlebih dahulu. Peran siswa dalam pembelajaran mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing siswa untuk belajar. Pembelajaran ini merupakan
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya
jawab antara guru dan siswa.
Seluruh aktivitas yang dilakukan
siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang
dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self
belief). Dengan demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan
sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator
dan motivator belajar siswa. pembelajaran ini selain berorientasi kepada
hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
2. Model Konstruktivisme
Model
pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses
pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan)
diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat
diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Konstruktivisme
merupakan pandangan filsafat yang pertama kali dikemukakan oleh Giambatista
Vico tahun 1710, ia adalah seorang sejarawan Italia yang mengungkapkan
filsafatnya dengan berkata ”Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia
adalah tuan dari ciptaan”. Dia menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui
bagaimana membuat sesuatu”. Ini berarti bahwa seseorang baru mengetahui
sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu itu
(Suparno, 1997:24).
- Guru perlu mendengarkan secara sungguh-sungguh interpretasi murid terhadap data yang ditemukan sambil menaruh perhatian khusus kepada keraguan, kesulitan dan kebingungan setiap murid.
- Guru perlu memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas dan juga memberikan penghargaan kepada siswa.
- Guru perlu menyadari bahwa ketidaktahuan siswa bukanlah suatu hal yang jelek dalam proses belajar, karena “tidak mengerti” merupakan langkah awal untuk memulai.
3. SETS
Definisi SETS menurut the NSTA
Position Statement 1990 (dalam Kuswati, 2004:11) adalah memusatkan
permasalahan dari dunia nyata yang memiliki komponen Sains dan Teknologi dari
perspektif siswa, di dalamnya terdapat konsep-konsep dan proses, selanjutnya
siswa diajak untuk menginvestigasi, menganalisis, dan menerapkan konsep dan
proses itu pada situasi yang nyata.
Pendekatan SETS/ Saling temas diambil dari konsep pendidikan STM (Sains, Teknologi, dan Masyarakat), pendidikan lingkungan (Environmental Education/EE), dan STL (Science, Technology, Literacy). Dalam pendekatan Salingtemas atau SETS (Science, Environmental, Technology and Society) konsep pendidikan STM atau STL dan EE dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (Depdiknas, 2002:5).
Pendekatan SETS/ Saling temas diambil dari konsep pendidikan STM (Sains, Teknologi, dan Masyarakat), pendidikan lingkungan (Environmental Education/EE), dan STL (Science, Technology, Literacy). Dalam pendekatan Salingtemas atau SETS (Science, Environmental, Technology and Society) konsep pendidikan STM atau STL dan EE dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (Depdiknas, 2002:5).
Urutan ringkasan SETS membawa pesan
bahwa untuk menggunakan sains (S-pertama) ke bentuk teknologi (T) dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat (S-kedua) diperlukan pemikiran tentang berbagai
implikasinya pada lingkungan (E) secara fisik maupun mental. Pendekatan
Salingtemas secara mendasar dapat dinyatakan bahwa melalui pendidikan Salingtemas
ini diharapkan agar siswa dapat mengetahui tiap-tiap unsur salingtemas dan juga
memahami implikasi antar hubungan elemen-elemen unsur-unsurnya. Selain itu,
Salingtemas akan membimbing siswa agar berpikir secara global/ keseluruhan dan
bertindak memecahkan masalah lingkungan, baik lingkungan lokal maupun hubungan
lingkungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat dan berperan
serta dalam pemecahan masalah internasional sesuai kapasitasnya (Binadja,
2005:2).
Pengertian tersebut hampir sama dengan yang dinyatakan dalam Depdiknas (2002:5) bahwa dengan pendekatan Salingtemas/ SETS siswa dikondisikan agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi diikuti dengan pemikiran untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya produk teknologi ini terhadap lingkungan dan masyarakat.
Pendekatan SETS harus memberikan kepada siswa pengetahuan yang sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Isi pendidikan SETS diberikan sesuai dengan hasil pendidikan yang ditargetkan. Hubungan yang tepat antara SETS dalam pembahasannya adalah keterkaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan siswa harus lebih diutamakan.
Sasaran pengajaran SETS adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang berkaitan. Dengan kata lain, siswa dibawa pada suasana yang dekat dengan kehidupan nyata siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di sekitar kehidupannya.
Pengertian tersebut hampir sama dengan yang dinyatakan dalam Depdiknas (2002:5) bahwa dengan pendekatan Salingtemas/ SETS siswa dikondisikan agar mau dan mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya teknologi diikuti dengan pemikiran untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya produk teknologi ini terhadap lingkungan dan masyarakat.
Pendekatan SETS harus memberikan kepada siswa pengetahuan yang sesuai dengan tingkatan pendidikannya. Isi pendidikan SETS diberikan sesuai dengan hasil pendidikan yang ditargetkan. Hubungan yang tepat antara SETS dalam pembahasannya adalah keterkaitan antara topik bahasan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini berarti bahwa bahasan yang berkaitan dengan kehidupan siswa harus lebih diutamakan.
Sasaran pengajaran SETS adalah cara membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat yang berkaitan. Dengan kata lain, siswa dibawa pada suasana yang dekat dengan kehidupan nyata siswa sehingga diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah mereka miliki untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di sekitar kehidupannya.
Bahwa
melalui pendekatan SETS, siswa diajak untuk mengenal teknologi, dan
menganalisis dampak baik positif maupun negatif dari teknologi tersebut. Pada
akhirnya siswa diharapkan mampu menerapkan konsep tenologi dan pengetahuan yang
telah didapatnya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemecahan Masalah
Metode Pembelajaran – Metode Problem
Solving (Pemecahan Masalah)
Metode problem solving (metode
pemecahan masalah) merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan
memberikan suatu permasalahan, yang kemudian dicari penyelasainnya dengan
dimulai dari mencari data sampai pada kesimpulan. Seperti apa yang ungkapkan
oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain bahwa,
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. (Ibid, h. 91.)
Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam penggunaan metode problem solving mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. (Ibid, h. 91.)
Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam penggunaan metode problem solving mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
- Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.
- Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
- Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
- Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
- Menarik kesimpulan. (Ibid, h. 92.)
` 5. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran
dengan memunculkan masalah. Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau
pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian
dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang, siswa
terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima pendapat orang
lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung
jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
6. Metode Tanya Jawab
Metode
tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan mengajukan
pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir.
Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok – pokok
pikirannya dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada
berbagai sumber belajar. Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan
apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan
dibahas. Tujuan yang dicapai metode
tanya jawab, antara lain : Untuk mengetahui sejauh mana materi pembelajaran
telah dikuasai oleh siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan
masalah yang belum dipahami. ( Nana Sudjana. 1989. hal : 78 )
7.
Metode Tugas
”Metode resitasi
(penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu
agar siswa melakukan kegiatan belajar.”(Ibid, h. 85.)
Jadi, bisa disimpulkan bahwa metode tugas dan resitasi adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa untuk dikerjakan dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam materi pelajaran dan dapat pula mengevaluasi materi yang telah dipelajari. Sehingga siswa akan terangsang untuk belajar aktif baik secara individual maupun kelompok.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa metode tugas dan resitasi adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan tugas tertentu kepada siswa untuk dikerjakan dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam materi pelajaran dan dapat pula mengevaluasi materi yang telah dipelajari. Sehingga siswa akan terangsang untuk belajar aktif baik secara individual maupun kelompok.
8. Metode
Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa
inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk
memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.
Metode
ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu
permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir
ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan,
bukan pula berdasarkan data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk
memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu
metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa
yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini
akan menuntun proses selanjutnya.
Pada
Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir
dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir
yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga
terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan
sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.
Metode
ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu
disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak
ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang
diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data
empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila
sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah
sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada
metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir
dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam
berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada
orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa
adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan
berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
Langkah-Langkah
Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan
secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus
dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan
dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode
ilmiah adalah sebagai berikut:
- Merumuskan masalah.
- Merumuskan hipotesis.
- Mengumpulkan data.
- Menguji hipotesis.
- Merumuskan kesimpulan.
9. Metode Demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan
dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti miniatur,
gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat
demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board,
mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan demonstrasi sebagai metode
mengajar dimaksudkan bahwa seorang guru, orang luar yang sengaja rninta, atau
siswa sekalipun memperlihatkan pada seluruh kelas suatu proses, misalnya
bagaimana cara bekerjanya sebuah alat pencuci pakaianyang
otomatis.
Tujuan pokok penggunaan metode demonstrasi dalam proses
belajar mengajar ialah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan
(meneladani) cara melakukannya sesuatu atau proses terjadinya sesuatu. Ditinjau
dari bukan metode yang dapat diimplementasikan dalam PBM secara independent.
Karena ia merupakan alat bantu memperjelas apa-apa yang diuraikan, baik verbal
maupun secara tekstual. Jadi, mengajar tertentu seperti metode ceramah.
Ada asumsi psikologis yang melatarbelakangi perlunya
penggunaan penggunaan metode demonstrasi dalam PBM, yakni belajar adalah proses
melakukan dan mengalami sendiri (learning by doing and eksperience) apa-apa
yang dipelajari. Dengan melakukan dan mengalami sendiri, siswa diharapkan dapat
menyerap kesan yang mendalam kedalam benaknya.