Secara garis besar kegiatan pengembangan media
pembelajaran terdiri atas tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu kegiatan
perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara itu, dalam rangka
melakukan desain atau rancangan pengembangan program media. Arief Sadiman, dkk,
memberikan urutan langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program
media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:
1) Menganalisis kebutuhan dan
karakteristik siswa
2) Merumuskan
tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan
khas
3) Merumuskan
butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
4) Mengembangkan
alat pengukur keberhasilan
5) Menulis
naskah media
6) Mengadakan
tes dan revisi
Sementara dalam rangka melakukan desain atau
rancangan pengembangan program media, Arief Sadiman, dkk, memberikan urutan
langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program media menjadi 6
(enam) langkah sebagai berikut:
1. Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa
Kebutuhan
dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa yang dimiliki siswa
dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita mengharapkan siswa dapat melakukan
sholat dengan baik dan benar, sementara mereka baru bisa takbir saja, maka
perlu dilakukan latihan untuk ruku, sujud, dan seterusnya.
Setelah
kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis
karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau keterampilan
yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa dengan tes atau
dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan dengan cara mengenalisa
topik-topik materi ajar yang dipandang sulit dan karenanya memerlukan bantuan
media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat ditentukan ranah tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk rangsangan indera mana yang
diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).
contoh
melakukan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa:
Seorang
anak berusia 7 tahun diharapkan sudah berprilaku hidup sehat dengan rajin
membaca, rajin menabung, tidak boros, namun dalam kenyataannya tidak sesuai
dengan harapan. dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan sikap
siswa untuk hidup hemat.
Adanya
kebutuhan tersebut inilah yang menjadi dasar pijakan dalam membuat media
pembelajaran, karena dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat berfungsi
dengan baik. dan media yang digunakan siswa, haruslah relevan dengan
kemampuan yang dimiliki siswa.
2. Merumuskan tujuan
pembelajaran (Instructional objective) dengan operasional dan khas.Untuk
dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang
harus diingat, yaitu: tujuan pembelajaran harus berorientasi kepada siswa;
artinya tujuan itu benar-benar harus menyatakan adanya perilaku siswa yang
dapat dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar dilakukan.
Sebuah
tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita
akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan Degree).
Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:
A = Audience adalah
menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran
B = Behavior adalah
menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung
C = Condition
adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau dimana sasaran dapat
mendemonstrasikan kemampuannya atau keterampilannya
D = Degree
adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.
Contoh
Rumusan Tujuan Pembelajaran:
Setelah mengikuti praktek
berwudhu, siswa kelas MI kelas V dapat mempraktekkannya (sholat) dengan benar
3. Merumuskan
butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
Penyusunan
rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan
khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun
adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah
daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya
adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih
rumit, dan dari hal-hal yang konkrit kepada yang abstrak. Contoh Rumusan Butir-butir Materi dari Rumusan Tujuan
Pembelajaran di atas yaitu: Praktek
berwudhu
4.
Mengembangkan alat pengukur keberhasilan
Alat
pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu sebelum naskah
program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang disajikan. Bentuk
alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau cheklist perilaku.
Instrumen
tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika melakukan tes uji coba
dari program media yang dikembangkannya. Misalkan alat pengukurnya tes, maka
siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut. Kemudian dilihat
bagaimana hasilnya. Apakah siswa menunjukkan penguasaan materi yang baik atau
tidak dari efek media yang digunakannya atau dari materi yang dipelajarinya
melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah letak kekurangannya. Dengan
demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi
kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.
Sebagai
salah satu contoh tentang alat pengukur keberhasilan dari media yang
dikembangkan oleh guru adalah sebagai berikut:
Rumusan
Tujuan
|
Rumusan
Materi
|
Alat
Pengukur (Tes)
|
Siswa
kelas V MI dapat mempraktekkan cara berwudhu dengan benar
|
Tata cara berwudu
|
·
Sebutkan bacaan niat berwudhu dan do’a setelah berwudhu
·
Tunjukkan gerakan-gerakan atau cara dalam berwudhu
|
Dari
contoh di atas, jelaslah bahwa penyusunan alat ukur keberhasilannya harus berdasar dari rumusan tujuan dan materi
pembelajaran yang akan diajarkan melalui media pembelajaran tersebut.
5. Menulis
Naskah Media
Naskah
media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang
merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun
secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran
itu dapat disampaikan melalui media,
maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.
Naskah
program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam memproduksi media.
Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar dan merekam suara. Karena
naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu diambil oleh kamera atau
bunyi dan suara yang harus direkam.
Tahapan
dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya ide dan
gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis
dan treatment, penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah,
revisi naskah sampai naskah siap diproduksi.
6. Mengadakan
Tes atau Uji Coba dan Revisi
Tes
adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat efektifitas dan
kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang diharapkan dari program
tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya dianggap telah baik,
tetapi bila program itu tidak
menarik, atau sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa
yang ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.
Tes atau
uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau melalui
kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang
dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang
dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil
dari tes.
Jika
semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak ada
lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut siap
untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi
ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek
materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus
seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang
dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari media
yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah menerima pesan-pesan yang
disampaikan melalui media tersebut. Prosedur tes/uji coba ini akan dijelaskan
lebih lanjut dalam bab yang menjelaskan tentang evaluasi media.
Media
Berbasis Audio Visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan pekerjaan tambahan
untuk memproduksinya. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam media
audio-visual adalah penulisan naskah dan storyboard
yang memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian.
Berikut
ini adalah beberapa petunjuk praktis untuk menulis naskah narasi.
a. Tulis singkat, padat, dan sederhana.
b. Tulis seperti menulis judul berita, pendek dan tepat,
berirana, dan mudah diingat.
c. Tulisan tidak harus berupa kalimat yang lengkap.
Pikirkan frase yang dapat melengkapi visual atau tuntun siswa kepada hal-hal penting.
d. Hindari istilah teknis, kecuali jika istilah itu diberi
batasan atau digambarkan.
e. Tulislah dalam kalimat aktif.
f. Usahakan seiap kalimat tidak
lebih dari 15 kata. Diperkirakan setiap kalimat memakan waktu satu tayangan
visual kurang lebih satu10 detik.
g. Setelah menulis narasi, baca narasi itu dengan suara keras.
h. Edit dan revisi naskah narasi itu sebagaimana perlunya.
Storyboard dikembangkan dengan memperhatikan
beberapa petunjuk di bawah ini.
a. Menetapkan jenis visual apa yang akan digunakan untuk
mendukung isi pelajaran, dan mulai membuat sketsa.
b. Pikirkan bagian yang akan diperhatikan audio dalam paket
program. Audio bisa dalam bentuk : diam, sound
effect khusus, suara latar belakang, musik, dan narasi. Kombinasi suara akan
dapat memperkaya paket program itu.
c.
Lihat dan yakinkan bahwa seluruh isi pelajaran
tercakup dalam storyboard.
d. Reviu storyboard sambil
mengecek hal-hal berikut :
1) Semua audio dan grafik cocok dengan teks,
2) Pengantar dan pendahuluan menanpilan penarikan materi,
3) Informasi penting telah dicakup,
4) Urutan interaktif telah digabungkan,
5) Strategi dan taktik belajar telah digabungkan,
6) Narasi singkat padat,
7) Program mendukung latihan-latihan,
8) Alur dan organisasi program mudah diikuti dan dimengerti.
e. Kumpul dan paparkan semua storyboard sehingga dapat terlihat sekaligus.
f.
Kumpulan anggota tim produksi untuk mereviu dan
mengetik storyboad .
g. Catat semua komentar, kritik, dan saran-saran.
h.
Revisi untuk persiapan akhir sebelum memulai
produksi.